Ungaran.

|

 "aku selalu ingat. bagaimana setiap melihat wajahmu ada curahan dzikir kepadanya. melalui mu lah aku berdjikir. semacam kerinduan yang puncaknya adalah keseimbangan antara akal dan hati. walau kesenangan ini sementara, tapi karena hidup hanya sekali. jalanilah saja. ini begitu nikmat."
-Radin Bahrul Alam-

Jumat 3 April 2015

Angin membawaku ke dataran tinggi Ungaran. Sebuah distrik kecil dibalik keramaian dan kehirukpikukan kota Semarang. Sedikit hutan dibalik kemegahan dan kesombongan ibu kota Jawa Tengah. Setidaknya hutan masih dijaga. Gunung tidak ditebangi pohonnya.

Aku melakukan pendakian ini, semestinya bersama kawanku Radin, beberapa bulan lalu. Tapi pendakianku bersama Radin selalu saja tertunda. Karena alasan cuaca, hingga penutupan jalur pendakian.

Maka aku mendapatkan sebuah kesempatan melakukan pendakian disini. Di bukit Ungaran ini, bersama 11 rekanku dari mapala fakultas. Pendakian ini dalam rangkaian follow up diklat yang dilaksanakan setiap tahunnya.

Selepas sholat jumat kami mulai melakukan pendakian. Setelah melakukan registrasi tentu saja.
Jalur yang kami pilih adalah jalur pendakian Mawar. Basecamp pendakian ini terletak di koordinat 7°11'34"S 110°21'51"E pada ketinggian 1200an Mdpl. 

Ini bukan sembarang pendakian. Puncak bukan tujuan utama. Target operasional kali ini salah satunya adalah navigasi darat. Beberapa titik koordinat ditentukan untuk kemudian dicari dimana letaknya.

Maka pendakian tidak melalui jalur yang biasanya digunakan. Kami menyusuri jalan berbeda yang memang sudah kami tentukan sebelumnya.

Titik pertama terletak di 1888Mdpl 7°11'25"S 110°20'56"E. Tujuan kami semestinya mencapai titik itu hari ini. Namun terkadang di gunung semua tidak berjalan sesuai dengan rencana. Selain peta kontur yang tertinggal, hujan mulai turun ketika menjelang pukul 16.00 sore. Maka diputuskan untuk membuat tenda di titik kami berhenti, 7°11'23"S 110°21'16"E. 

Semua berjalan normal sepertinya, sampai ada beberapa hewan kecil yang terlalu lugu menempel satu-per satu di pergelangan kaki. Satu-per-satu terserang oleh hewan pengisap darah ini. Namanya pacet. Sejenis lintah tapi ukurannya lebih kecil. Tidak terasa. Tapi mengganggu. Dan sedikit menjijikkan bagi beberapa orang.
Malam berlalu dan hujan mulai reda. Petualangan dilanjutkan besok pagi.



Sabtu 4 April 2015
Paginya kami meneruskan pencarian titik 1, 1888Mdpl. Perjalanan melalui bukit yang lebih menantang, lebih terjal, dan lebih licin karena hujan semalam. Beberapa kali pengamatan dan membaca peta, akhirnya kami sampai di 1888Mdpl pada pukul 11.00 siang. Disitu kami melakukan snacking dan istirahat sejenak untuk selanjutnya mencari titik 2 di 2049Mdpl pada koordinat 7°11'12"S 110°20'45"E. Kali ini giliranku untuk menemukan titik. ditemani seorang rekan perempuan yang menjadi leader. Aku bertugas menjadi navigator. 

Perjalanan terus mendaki, melewati jalanan yang sangat jarang dilalui. Tumbuhan masih lebat, rerumputan menutupi hampir seluruh setapak didepan kami. Tetapi jalan masih terlihat dengan jelas. Maka untuk menuju ke titik 2 kami harus melakukannya dengan tenaga lebih dan dalam 2 jam kami kemudian menemukan titik yang dimaksud.

Kami kemudian melakukan sholat, sedikit istirahat dan foto-foto, kemudian melanjutkan ke titik selanjutnya, yaitu puncak Ungaran. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 1 jam. Maka jelang pukul 3 sore kami sampai di puncak. Sekitar setengah jam kami dipuncak kemudian kami memutuskan untuk turun.

Perjalanan turun tidak melalui jalur yang sama dengan jalur sewaktu naik. Kami mengikuti jalur pendakian kali ini. Tujuan kami adalah kebun teh dan malam nanti kami akan menginap disana. 

Perjalanan turun tidak membutuhkan waktu lama. Pukul 16.30 kami sudah sampai di kebun teh dan mulai mendirikan tenda. Kami bermalam di kebun teh. Dan malam ini kami menyaksikan satu suguhan yang begitu mengagumkan dan sangat jarang terjadi.


Sebuah gerhana bulan.

Perlahan purnama seperti tertelan, sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya cahayanya menghilang seutuhnya. Kemudian untuk beberapa menit selanjutnya, cahayanya mulai kembali. Sayang, awan kemudian menutupi kemegahan fenomena ini. Dan setelah awan bergeser, purnama sudah kembali utuh seperti semula, seolah tidak terjadi suatu apapun.

Ahad 5 April 2015
Pagi kami bangun, sebelum matahari terbit tentu saja. Kemudian sholat subuh dan memasak air untuk menghangatkan tubuh. Teh sudah habis, dan sarapan juga sudah. Maka kami memutuskan untuk membongkar tenda dan turun. 

Sampai basecamp pukul 10 pagi. Aku kemudian mandi dan berganti pakaian. Kemudian sarapan lagi di salah satu warung di dekat basecamp dan kemudian langsung turun untuk kembali ke kota Pararaton.




Ask Me Anything
Follow me on Twitter
Recommend me on Google Plus
feedback