Ini adalah petualangan terhebat dalam hidupku. Setidaknya selama 21 tahun ini.
Aku menyebut tahun ini sebagai tahun meter diatas permukaan laut. Banyak pencapaian yang sudah aku dapat selama tahun 2014 ini. Terutama pendakian-pendakian dan petualangan jalanan. Termasuk kisah yang akan aku ceritakan dibawah ini.
Kisahku dibulan januari hingga Juni sudah aku tulis sebelumnya. Mulai dari pendakian Sindoro dan Sumbing di bulan Januari, pendakian gunung Lawu, Merbabu, dan Gunung Argopuro antara februari sampai mei. Juga penelusuran goa pertama bagiku, Goa Gilap di Gunung Kidul pada bulan Mei juga.
Aku masih haus petualangan. Aku masih akan terus berpetualang. Mencari makna kebebasan, menemukan jati diri, dan mengamati keagungan ciptaan Allah. Untuk kemudian menjadi hamba yang bersyukur dan banyak memuji kebesaranNya.
Hingga akhirnya tiba juga waktu yang sudah aku tunggu-tunggu itu. Petualangan terhebat. Ini petualangan yang sudah kurencanakan sejak November di tahun sebelumnya. Petualangan ini adalah rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang memang diwajibkan bagi mahasiswa antara semester 6 dan 7sepertiku.
Namun jangan dikira ini sekadar pengabdian, kemudian kembali pulang dan mendapat nilai A. Lebih dari itu. Ini sebuah petualangan. Sudah kukatakan, ini petualangan terhebatku.
Berawal dari kota Pararaton, bersama 25 orang kawan, menyewa sebuah bus sampai pelabuhan di ibu kota. Kemudian berlayar selama empat hari tiga malam sambil berpuasa, diombang-ambingkan ombak laut utara. Kemudian mengabdi selama 40 hari di kota Rinai, kota paling utara Nusantara sisi barat. Sebuah pulau yang kalian pasti akan terkejut kalau melihatnya di peta karena saking jauhnya.
Tidak hanya itu bung. Rangkaian petualanganku justru dimulai setelah pengabdian itu. Aku meninggalkan kota Rinai sepuluh hari setelah peringatan kemerdekaan. Menaiki pesawat militer dan berlabuh di Pekanbaru. Kemudian aku melanjutkan perjalanan sampai ranah Minang, menelusuri pinggiran hutan tropis Jambi, kemudian menaiki gunung tertinggi di Sumatra. Kembali lagi ke Pekanbaru, dari sana kemudian aku terbang ke kota Bandung, kembali mendaki 2 gunung di Garut. Baru kemudian aku akhirnya kembali ke kota Pararaton.
Aku masih akan terus berpetualang. Mendaki lebih banyak gunung, menelusuri lebih banyak jalanan, melayari lebih banyak lautan. Aku masih akan terus berpetualang, sampai aku membaur, menyatu jadi satu dengan Angin.