Diari Skizofrenia 3

|

Angin berada dalam realitas pertamanya.
Dia terlihat sedang berjalan kaki, menyusuri trotoar depan kampusnya.
Sakura menginginkan pertemuan.

Mereka akan bertemu di gedung tertinggi di kompleks itu.
Angin menyukai tempat itu.
Dia menyukai tempat-tempat tinggi.

Di satu sudut gedung tertinggi itu Sakura telah menunggu.
Agak canggung Angin menyapa Sakura.
Dibalas dengan seulas senyum sedingin lelehan es.
Membuat Angin membeku salah tingkah.
Betul-betul, pesona Sakura di realitas pertama jauh lebih sempurna dibanding realitas khayal.

"Hai Sa. Sudah lama menunggu?"
"Baru saja Gin"
Pada akhirnya bongkahan-bongkahan es itu mencair juga.
Kedua insan bercerita realitas masing-masing pasca episode Meter diatas Permukaan Laut.

Angin mengabaikan perasaannya.
Dia cenderung menekan. Dia masih terus merasa, belum saatnya perasaan itu diungkap.

Sebaliknya.
Sakura mengumbar manis kata-kata, berisi ungkapan rindu dan rasa kangen kepada Angin.
Dibumbui bualan-bualan manis, dengan tambahan frasa-frasa melankolis.

"Kamu kemana saja Gin? Aku merindukanmu tau!"
Membuat Angin ribuan kali tersipu salah tingkah.

"Aku hanya melanjutkan petualanganku Sa. Menjadi penduduk hutan, warga negara jalanan"
Jawaban klise untuk pertanyaan pembuka yang frontal.

"Gin, sekali-kali ajaklah aku dalam petualanganmu!"
Tawaran yang menarik.

"Serius?" Angin berusaha menjawab sewajarnya. Padahal senang sekali dia.
"Serius Gin. Aku menginginkan lagi episode Meter diatas Permukaan Laut. Kamu mau kan?"

Tentu saja Angin akan langsung mengiyakan permintaan itu. Aih, apasih yang nggak buat Sakura.
"Baiklah." Seulas senyum terpancar dari wajah Angin.

Satu pertemuan yang mampu menjadi anestesi rindu yang dipendam selama berminggu-minggu.
Satu pertemuan yang memberi sensasi begitu hebat. Membuat raga Angin seolah terbang hingga langit ke enambelas saking emosialnya dia hari ini.
Lebih dari itu, bualan kata manis Sakura penuh dengan harapan, mampu membuai Angin selama berhari-hari selanjutnya.
Mengakibatkan terciptanya delusi-delusi dengan intensitas yang semakin tinggi.
............
Seperti hari ini.
Satu hari pasca pertemuan.

Angin sudah hampir 2 jam jongkok diatas bangku itu. Jempol tangan kanannya digigit, tangan kirinya menyilang diatas kedua lutut.
Pandangan matanya tak berkedip. Kosong.

Dia tidak sedang tidak melakukan apa-apa.
Meskipun dia terlihat diam tanpa gerak, namun dalam pikirannya dia tengah berlari kesana kemari.

Dia sedang terjerembab dalam delusi.
Dia sedang menikmati permainan didalam pikirannya.
Masih tentang Sakura. Dalam delusinya itu Angin membuat ruang dan waktunya sendiri.
Pertemuan-pertemuan fantasi. Percakapan-percakapan khayal.
Angin sedang menikmatinya.
Setiap kata yang diucap Sakura dalam pertemuan nyata penuh dengan harapan. Memberikan kesenangan, memperdalam delusi menjadi semakin dalam.
Dia betul-betul sedang dibuai.
Ask Me Anything
Follow me on Twitter
Recommend me on Google Plus
feedback