Diari Skizofrenia 2

|
Semua pada dasarnya berawal dari pertemuan itu. 
Pertemuan yang terlalu dipaksakan. Namun bukan atas putaran dadu atau insiden kebetulan.

Meter diatas Permukaan Laut. Adalah tempat pertemuan Angin dan Sakura. 
Saat itu Angin memiliki kepentingan yang sama dengan gadis itu. Untuk sebuah ambisi, impian, dan petualangan.

Bukan pertemuan pertama mereka. Mereka telah lama saling kenal. Hanya saja rutinitas dan pergaulan membuat kedua insan hanya sebatas kenal. Tanpa merasa perlu untuk saling mendekat.
Anginpun tiada memiliki keperluan bertemu Sakura selama waktu itu. Kecuali sebatas pertemuan-pertemuan transaksional.
 
Sejak awal Angin memang menyadari siapa dirinya. Seorang petualang dengan kehidupan kelas bawah. Sementara Sakura seratus delapan puluh derajat berada di kehidupan yang berbeda. Dengan bayang-bayang hedonisme dan foya-foya.

Hanya saja pertemuan Meter diatas Permukaan Laut itu memberi kesan yang berbeda bagi Angin.
Sakura menjadi begitu dekat, seolah-olah berada dalam jangkauan Angin. Begitu dekat dia dengan bidadari itu. Meter diatas Permukaan Laut membuat status sosial tiada lagi berlaku.

Pada awalnya hanya sapa. Namun langkah kaki yang menanjak mengalirkan kata. Kata yang mengalir semakin deras. Tiada bendungan untuk gelak dan tawa.
Angin mulai bercerita kepada bidadari itu. Dan dia mendapat tanggapan. Ah. Sakura benar-benar dalam jangkauan saat itu.

Angin puas memandangi paras sempurna Sakura. 
Keanggunan Sakura bukan hanya bualan. 
Begitu nyata kecantikan itu. Lebih anggun puluhan kali karena dibalut lanskap dataran tinggi.

Dibawanya kronologis episode Meter diatas Permukaan Laut itu sampai dataran kota Pararaton. Detil kenangan itu tak terlupakan.
Tak dapat dihindari. Semenjak itu hatinya telah terpaut pada sang perempuan surgawi.
Keterpautan itu seperti candu. Memberi sensasi pada setiap temu, sekaligus meracun sakau bila terpisah.

Hanya saja di dataran kota Pararaton realitas telah kembali. 
Angin dengan kehidupan gembelnya, dan Sakura kembali pada kehidupan jauh di seberang sana.
Perbedaan gaya hidup memisahkan hubungan.
Jangkauan itu memudar, menjauh dan semakin jauh.

Tiada temu antara keduanya, bahkan sampai berminggu-minggu.
Hanya pertemuan-pertemuan maya sekali dua terjadi. Cukup menjadi anestesi meski tak menyembuhkan rindu seutuhnya.

Namun justru dari situlah waham itu bermula.
Pertemuan-pertemuan maya itu terbawa ke kehidupan nyata Angin.
Angin seolah-olah berada di satu ruang dengan Sakura. Kata-kata tulis seolah-olah menjadi kata lisan. Gambar dua dimensi seolah-olah ekspresi emosi. Perwujudan Sakura seolah-olah dalam jangkauan.

Draft-draft persepsi itu perlahan berubah jadi khayal. Khayalan berubah jadi waham. Dan waham itu adalah realitas kedua bagi Angin.
Celakanya dia memelihara realitas palsu itu. Dan menjadikan kepalsuan itu sebagai kebenaran absolut.
Ask Me Anything
Follow me on Twitter
Recommend me on Google Plus
feedback