Radin Bahrul Alam

Di bawah pohon mahoni kita duduk hampir
tertidur gara gara angin sepoi sepoi pelan
bergiliran. Isinya aku cuman merenungi
bisikan bisikan jahat dan bertubi tubi. Entah
dari mana? Dari rumah? Dari tempat kerja?
Dari kontrakan?
Dari mataku cuman ada kantuk, ingin
menyudahi perkelahian.
Di angini angin pantai cuman bikin aku malu
saja. Dirambatin semut, aku makin keki
kekanan dan kekiri. Sedang kau cuman jadi
gelisah di kota antah antah. Kita bersama
sama jadi gelisah. Tembok dibawah kakiku
basah. Kita menepi dan lari lari.
Kata CHA “aku orangnya sudah biasa terima”
begitu juga kau. Tapi siapa tidak bercerita
masalahnya. Kita menghadap kebawah dan
terus terkikik karena masih bodoh dan
polos. Akhirnya kita sama sama melihat
keatas. Dilihat buah mahoni mengelantung
kekanan dan ke kiri. Seperti mau percaya
siapa peduli??
Kita selalu rewel siapa dikanan dan siapa di
kiri. Siapa yang nyopir siapa yang kernedin.
Siapa peduli. Kau hampar tikar, kita nikmati
buah mahoni. Siapa peduli siapa tahu??