Jakarta.

|


Kekal hanya masalah sudut pandang saja. Mungkin bagimu, kala itu hanya satu dua jam saja. Sesuatu yang sifatnya terhitung dan selesai. Tapi bagiku saat bersamamu, sesaat atau sedikit lebih lama dari itu sama-sama kekalnya. Jika kala itu (pertemuan) menjelma pada sebuah foto, maka di selembar foto itu aku mengekalkanmu. Cetak biru profilmu, bersatu dengan kenangan yang terus me-repetisi, membuat yang terhitung menjadi tak hingga.

Caraku mengekalkanmu, seperti saat kita menikmati hujan yang menderu, lalu menjadi rindu. Besok kita kehujanan lagi dan menjadi rindu. Lalu kita memulas kuas pada kertas. Menulis surat tanpa alamat yang tak tahu akan bertemu siapa pada halaman berapa. Maka selalu ada janji yang mesti ditepati, setiap turun hujan kita menulis surat. Satu fragmen dan repetisi itulah yang kemudian menjadi cikal bakal kekekalan.

Jadi, janganlah bersedih meninggalkanku. Karena aku telah mengekalkan fragmen-fragmenmu dan merepetisinya menjadi tak hingga. Seperti hari ini aku duduk dimana, dengan siapa, menghisap aroma apa. Yang aku tahu Jakarta adalah hujanku yang menderu dan menjadi rindu. Jakarta adalah tentangmu.
Ask Me Anything
Follow me on Twitter
Recommend me on Google Plus
feedback