Perasaan itu semakin mengganggu saja
menyusup langit-langit kamar
membayang di setiap sudut-sudut
dan kemudian membuatku merasa bodoh
Kamu memang menyebalkan.
Satu yang membuatku penasaran.
Yang mencandu hari-hariku untuk terus membayang parasmu.
Membuat pacuan jantung lari kemana-mana.
Tak terkendali apalagi saat menatapmu.
Kamu memang menyebalkan.
Menghampiri dan menodongkan harapan.
Kemudian berlalu tanpa kata.
###
Ah, sebenarnya kamu tidak benar-benar berlalu.
Kamu hanya menungguku.
Untuk sepatah kata yang seharusnya kuucap.
Kamu menungguku. Aku tahu benar itu.
Hanya aku yang bodoh.
Karena terus mengambang dan tak menentukan.
Aku memang hanya terkenang dalam memoria.
Ingatan masalalu yang tak termaafkan.
Bayangan kegagalan yang tak jua melapuk.
Meski waktu menggilas cukup lama kenangan itu.
###
Maka lepaslah. Aku memang tak pantas buatmu.
Biar aku termangu dalam rindumu.
Sampai habis sampai lupa.
Aku semestinya memang menjadi angin saja.
Datang menyapa tubuh-tubuh yang tak sengaja lewat.
Membagikan sedikit hawa dingin.
Dan pergi begitu saja menyisakan gigil bagi tubuh-tubuh itu.
Tanpa dikenang.
Selembut dan semagis itu.
"Aku semestinya memang menjadi angin saja"
Catatan ini ditulis di Lawu, Sabtu 22 Maret 2014. Sebagai pengingat sebagian pelengkap.