Hidupku penuh dengan mimpi.
Dulunya.
Mimpi-mimpi itu pernah mewarnai gugusan masa depan yang akan kujalani.
Menyenangkan punya mimpi itu.
Dia seolah-olah nyata didepanmu.
Memberimu semangat setiap gerak langkahmu.
Melambai-lambaikan asa dan menyuruhku segera meraihnya.
Hanya.
Mimpi terkadang hanya sebatas mimpi.
Satu-dua konspirasi semesta seringkali merecoki mimpimu,
Membuat mimpimu kabur begitu saja.
Itulah.
Sebagaimana ayalnya manusia,
Aku terkisah diantaranya.
Aku menjadi terlalu banyak bermimpi.
Tentang pendidikanku, masa depanku, hidupku.
Tanpa kusadari, ada Tuan-tuan seenaknya membelokkan mimpi-mimpiku.
Menuntunku ke arah yang tak pernah kuinginkan.
Sekali-dua kali aku bertahan.
Lama-kelamaan aku merasa tiada guna aku bermimpi.
Toh akhirnya akan diarahkan juga mimpiku sekehendak mereka.
Aku memang produk lembaga, kalau gagal tinggal dibuang.
Maka aku memutuskan berhenti bermimpi!
Sisa-sisa mimpiku, kularung ke Samudra,
Sebagian lainnya kukubur dengan tanah liat.
Kuberi tanda, hanya nama dalam nisan.
Pagi ini benar-benar telah kukubur semua mimpi-mimpi itu.