3265MDPL

|
Jumat 28 Desember 2012
Hujan mengguyur kota Pararaton sejak siang. Membuat bagaskara lengser keprabon, kalah pamor sama  mendung. Disana-sini basah, becek, orang-orang mengumpat, jalanan macet. Lengkap sudah. Ujung tahun yang memuakkan.
Cih. Biar hujan mampu mendupak surya, langkahku tak bakal goyah. Biar hujan. Biar mendung. Aku akan terus berjalan. Karena jalan ini, jalan tak ada ujung.

Senja. Langkah menyeretku ke pertapaan Bhatara wijaya V. Gunung Lawu. Tempat Moksa-nya raja pungkasan Majapahit itu.  Entah apa yang kupikirkan. Aku hanya merasakan angin gunung memanggil-manggil.

Dan inilah kami. 12  murid pendopo Gadjah Mada memulai perjalanan. Perjalanan yang bagiku seperti merekonsiliasi sejarah, mistis, dan religio-kejawen. Dari kota Pararaton Ngayogyokarto Hadiningrat, melewati swapraja Klaten, melewati batas Negaranya Susuhunan Pakubuwana Senopati Ing Alaga Ngabdulrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah Kaping XIII, melewati makamnya Presiden Republik yang kedua, Astana Giribangun, hingga dalan tembus perbatasan Jawa Tengah Jawa Timur.
Seperti menelusuri jalanan-jalanan Kerajaan Mataram sebelum perjanjian Giyanti 1755.



Angin gunung mulai terasa. Perjalanan hari ini berakhir. Pukul 8 malam tim tiba di basecamp. Lereng Gn lawu. 1836 MDPL. Cemoro Kandang, Jawa Tengah. Kabut pekat membawa dingin. Jarak pandang 50 meter hanya putih yang terlihat. Sebatang tembakau menghangatkan malam. Sempurna.

Sabtu 29 Desember 2012
Pagi belum merekah. Langit masih gelap. Sasadara purnama menggantung di balik awan. Pukul 4.30 aku terbangun. Melawan dingin yang terus merajuk. Mengambil wudhu dan melaksanakan sholat Subuh.
Di gunung selayaknya manusia Tafakkur, mendekatkan diri kepada Allah, memuja kebesarannya. Dalam alam bebas, tak ada yang tahu takdirmu semenit kemudian. Kau bisa mati bahkan ketika tidur.

Pukul 8.30 pagi Pendakian dimulai.  Cuaca cerah. Bagaskara manjer kawuryan. Medan yang dilaluipun landai. Benar-benar alam bersahabat dengan kami. Perjalanan menyenangkan.

1 jam berjalan tim tiba di Taman Sari Bawah atau Pos I, 2300 MDPL. Tim berhenti 15 menit di pos ini.

Tim kemudian melanjutkan perjalanan menuju pos II, Taman Sari Atas. Selama perjalanan menuju Pos II pemandangan sekeliling belum begitu terlihat karena vegetasi masih lebat. Tim sampai di Pos II, Taman Sari Atas 2470 MDPL 1 jam kemudian.

Perjalanan menuju Pos III 2780 MDPL memakan waktu lebih lama karena memang jaraknya lebih jauh dibandingkan jarak antar pos sebelumnya. Dan diantara Pos II dan Pos III terdapat Pos Bayangan. Jelang waktu Dhuhur tim akhirnya mencapai Pos III, Penggek 2780 MDPL.
Di Pos ini tim istirahat selama 30 menit. Sholat Dhuhur dan snacking

Pemandangan di Pos III sangat indah. Seperti berpijak diatas awan. Sepanjang mata memandang ke ujung barat, hanya kapas-kapas awan yang melayang menghiasi langit. Udara dingin seperti di setting pada temperatur yang pas. Hanya lafadz subhanallah walhamdulillah walaa ilaahaillallahu allahu akbar  yang pantas terucap.

Perjalanan dilanjutkan. Menuju Pos IV. Jalanan masih landai. Tapi memutar. Ada jalan lurus tapi menanjak. Aku memilih jalan lurus, lebih terjal, namun mempersingkat waktu tempuh. Pukul 15.00 tim mencapai Pos IV Cokrosuryo 3025 MDPL






Seperti halnya di Pos III, di Pos IV pemandangan lebih menakjubkan. Pos IV adalah padang datar yang luas dengan vegetasi rerumputan. Sekeliling Pos IV terlukis pemadangan langit biru dengan awan-awannya, serta rumah penduduk yang hanya tampak seperti titik-titik kecil berserakan, menunjukkan betapa kecilnya manusia dibandingkan gunung, dibandingkan jagat raya, dibandingkan TUHAN.

Perjalanan berlanjut. Tujuan berikutnya adalah Hargo Dalem, 3170 MDPL. Hargo Dalem banyak dipercaya sebagai tempat Moksa Megatruh-nya Raden Brawijaya V. Senja itu tim mencapai Hargo Dalem dan mendirikan tenda untuk bermalam.

Sunset di Hargo Dalem


sunset di Hargo Dalem










--------
Ahad 30 Desember 2012




Perjalanan pagi itu dimulai. Pukul 06.00 tim bergerak menuju puncak Hargo Dumilah 3265 MDPL




Setengah jam berjalan dari Hargo Dalem akhirnya tim mencapai puncak tertinggi Gn. Lawu, Hargo Dumilah 3265 MDPL






Satu jam tim berada di puncak. Tim kembali bergerak menuju Hargo Dalem, packing dan turun gunung, melalui jalur Cemoro Sewu.
Menjelang senja, tim sampai di basecamp Cemoro Sewu, Magetan, Jawa Timur. 500 meter dari basecamp Cemoro Kandang. Tim kembali ke Ngayogyakarta Hadiningrat pada pukul 4.00 sore.



Pelajaran dari Gn. lawu, Konsepsi Manunggaling Kawula Gusti Syech Siti Jenar masih ada, bahkan sampai sekarang. Pemujaan-pemujaan atas nama kejawen, ritual keraton, pesugihan, menganggap semua perkataan Raja adalah Sabda Pandita Ratu yang harus dituruti, ajaran syirik Sabdo Palon Noyo Genggong. Semua masih ada dan jelas terlihat. 

Wahai anakku janganlah kamu mempersekutukan (syirik) kepada Allah, sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang paling  besar. (Luqman:13)

 Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang diampuni. Dalam majelis Ahlus Sunah Wal Jamaah.



Ask Me Anything
Follow me on Twitter
Recommend me on Google Plus
feedback