(Radin Bahrul Alam)
Api selalu membakar tidak tau rasanya
terbakar.
Serapikah mawa yang dibentuk asapnya
membumbung apinya menyulang.
Terbakar dusta di jadikan pelampiasan
panorama terbitlah bulan bersama apa yang
dibakar.
Entah cemburu luka lama atau perasaan
istimewa
gunung hutan pantai lautan terbakar
berembun menjadi jadi.
Merangsang yang didatangkan angin
bersamaan dengan rasa haru mencintai
dedaunan yang kering.
Mata yang menyalah juga bagian dari api api
padam dan sesat di rasa dan gaib galib
bongkahannya.
Rejeki yang ditiup api terangsang terbakar
berambisi amarah mendendam deengki
laknat!!!
Serapikah api itu selama menyala dan ditata
oleh gharibannya angin. Ghoib angin
mendesisi puting beliung terlaksana
bebarengan dengan fajarnya matahari.
Kehadiran api percintaan persahabatan
permusuhan permainan kanak kanak.
Pokonya itulah api. Mencipta debu debu
bersamaan kayu menyalat menerima
perubahan masif manchunian manyu
markonisme.
Terseret bersama gelombang itu kita sejalan.
Meresapi arti terbakar yang paling terbakar
bergelombang tanya tanya yang silau dengan
agama.
Apa dimana kapan masanya. Api di kobarkan
dalam penjelasan jiwamu. Wibawa karma
keramat kemaslahatan api.
Api terbakarlah dengan seizin tuhanmu